Tugas 8 infrastruktur keairan
1. Bangunan pengaturan sungai
Di dalam perencanaan sungai terdapat berbagai macam pekerjaan sipil yang dilaksanakan, antara lain pembangunan sistem pengamanan banjir, pembuatan
bangunan sadap untuk berbagai kebutuhan akan air,u saha-usaha pelestarian alam dan lingkungan hidup,ataupun perbaikan alur sungai untuk mendukung keamanan lalu lintas sungai. Pada umumnya perancangan bangunan sungai dilakukan untuk menunjang kegiatan perencanaan persungaian, yang dibagi menjadi :
1. perencanaan perbaikan dan pengaturan sungai,
2. perencanaan pemanfaatan air sungai,
3. perencanaan pengembangan wilayah,
4. perencanaan perbaikan dan pelestarian lingkungan sungai,
5. perencanaan lalu lintas sungai.
Yang dimaksud bangunan sungai adalah semuab angunan yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan sungai, dapat terletak pada alur sungai, tebing sungai,ataupun lembah sungai. Bangunan-bangunan sungai
tersebut antara lain :
1. bendungan,
2. bendung,
3. tanggul,
4. parapet,
5. pelindung tebing,dan pengendali dasar,
dan penahan sedimen,kantong pasir,pangkal dan pilar jembatan, serta
krib sungai.
Pengelolaan sungai hampir selalu melibatkan masalah pembangunan bangunan-bangunan sungai. Agar fungsi bangunan yang dibuat dapat sesuai dengan tujuan pengelolaan sungai maka bangunan tersebut harus dirancang sebaik mungkin, dengan memperhatikan aspek hidraulika. Perancangan bangunan sungai juga ditujukan agar bangunan yang dipilih (jenis maupun dimensinya) betul-betul merupakan bangunan yang tepat untuk
memenuhi sasaran kegunaannya, serta ekonomis.
Tujuan Pembuatan Bangunan Sungai
Suatu bangunan sungai dapat ditujukan untuk berfungsi
lebih dari satu macam, sebagai contoh, bangunan sungai berupa bendungan dapat ditujukan untuk berfungsi sebagai :
1. pengendali banjir,
2. pembangkit listrik tenaga air,
3. irigasi,
4. perikanan,
5.serta pariwisata.
2. Bangunan Pengendali Sedimen
Usaha untuk memperlambat proses sedimentasi adalah dengan mengadakan pekerjaan teknik sipil untuk mengendalikan gerakannya menuju bagian
sungai di sebelah hilir. Pekerjaan teknik sipil tersebut berupa pembangunan bendung penahan (check dam ),
kantong lahar, bendung pengatur ( sabo dam ),bendung konsolidasi serta pekerjaan normalisasi alur sungai dan pengendalian erosi di lereng-lereng pegunungan.
1. Bendung Penahan ( check dam )
Bendung-bendung penahan dibangun di sebelah hulu yang berfungsi memperlambat gerakan dan
berangsur-angsur mengurangi volume banjir lahar. Untuk menghadapi gaya-gaya yang terdapat pada banjir lahar maka diperlukan bendung penahan yang cukup kuat. Selain itu untuk menampung benturan batu-batu besar, maka mercu dan sayap bendung harus dibuat dari beton atau pasangan yang cukup tebal dan dianjurkan sama dengan diameter maksimum batu-batu yang diperkirakan akan melintasi. Sangat sering runtuhnya bendung penahan disebabkan adanya kelemahan pada sambungan konstruksinya, oleh sebab ini sambungan-sambungan harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
Walaupun terdapat sedikit perbedaan perilaku gerakan
sedimen, tetapi metode pembuatan desain untuk pengendaliannya hampir sama, kecuali perbedaan pada konstruksi sayap mercu serta ukuran pelimpah
dan bahan tubuh bendung. Untuk bendung pengendali
gerakan sedimen secara fluvial yang bahannya
berbutir halus, mercunya dapat dibuat lebih tipis.
Bahan untuk tubuh beton selain beton dan pasangan
batu dapat juga dari kayu, bronjong kawat, atau
tumpukan batu. Sedangkan untuk bendung penahan
gerakan massa biasanya digunakan beton dan
pasangan batu. Tipe bendung yang dipakai adalah tipe
gravitasi yang lebih rendah dari 15 m.
2. Bendung Pengatur (sabo dam )
Di samping dapat pula menahan sebagian gerakan
sedimen, fungsi utama bendung pengatur adalah
untuk mengatur jumlah sedimen yang bergerak secara
fluvial dalam kepekatan yang tinggi, sehingga jumlah
sedimen yang meluap ke hilir tidak berlebihan.
Dengan demikian besarnya sedimen yang masuk akan
seimbang dengan kemampuan daya angkut aliran air
sungainya, sehingga sedimentasi pada daerah kipas
pengendapan dapat dihindarkan.
Pada sungai-sungai yang diperkirakan tidak akan
terjadi banjir lahar, tetapi banyak menghanyutkan
sedimen dalam bentuk gerakan fluvial, maka bendung-
bendung pengatur dibangun berderet-deret di sebelah
hulu daerah kipas pengendapan. Untuk sungai-sungai
yang berpotensi banjir lahar, maka bendung-bendung
ini dibangun di antara lokasi sistem pengendalian
lahar dan daerah kipas pengendapan.
Jika tanah pondasi terdiri dari batuan yang lunak,
maka gerusan tersebut dapat dicegah dengan
pembuatan bendung anakan (sub dam). Kadang-
kadang sebuah bendung memerlukan beberapa buah
sub-dam, sehingga dapat dicapai kelandaian yang
stabil pada dasar alur sungai di hilirnya. Stabilitas
dasar alur sungai tersebut dapat diketahui dari ukuran
butiran sedimen, debit sungai dan daya angkut
sedimen, kemudian barulah jumlah sub-dam dapat
ditetapkan. Selanjutnya harus pula diketahui
kedalaman gerusan di saat terjadi banjir besar dan
menetapkan jumlah sub-dam yang diperlukan, agar
dapat dihindarkan terjadinya keruntuhan bendung-
bendung secara beruntun.
Penentuan tempat kedudukan bendung, biasanya
didasarkan pada tujuan pembangunannya
sebagaimana tertera di bawah ini:
– Untuk tujuan pencegahan terjadinya
sedimentasi yang mendadak dengan jurnlah yang
sangat besar yang dapat timbul akibat terjadinya
tanah longsor, sedimen luruh, banjir lahar dan lain-
lain maka tempat kedudukan bendung haruslah
diusahakan pada lokasi di sebelah hilir dari daerah
sumber sedimen yang labil tersebut, yaitu pada alur
sungai yang dalam, agar dasar sungai naik dengan
adanya bendung tersebut
– Untuk tujuan pencegahan terjadinya
penurunan dasar sungai, tempat kedudukan bendung
haruslah sebelah hilir dari diusahakan penempatannya
di ruas sungai tersebut. Apabila ruas sungai tersebut
cukup panjang, maka diperlukan beberapa buah
bendung yang dibangun secara berurutan membentuk
terap-terap sedemikian, sehingga pondasi bendung
yang lebih hulu dapat tertimbun oleh tumpukan
sedimen yang tertahan oleh bendung di hilirnya.
– Untuk tujuan memperoleh kapasitas tampung
yang besar, maka tempat kedudukan bendung supaya
diusahakan pada lokasi di sebelah hilir ruas sungai
yang lebar sehingga dapat terbentuk semacam
kantong. Kadang-kadang bendung ditempatkan pada
sungai utama di sebelah hilir muara anak-anak sungai
yang biasanya berupa sungai arus deras (torrent )
dapat berfungsi sebagai bendung untuk penahan
sedimen baik dari sungai utama maupun dari anak-
anak sungainya.
3. Bendung Konsolidasi
Peningkatan agradasi dasar sungai di daerah kipas
pengendapan dapat dikendalikan dan dengan
demikian alur sungai di daerah ini tidak mudah
berpindah-pindah. Guna lebih memantapkan serta
mencegah terjadinya degradasi alur sungai di daerah
kipas pengendapan ini, maka dibangun bendung-
bendung konsolidasi (consolidation dam). Jadi bendung
konsolidasi tidak berfungsi untuk menahan atau
menampung sedimen yang berlebihan.
Apabila elevasi dasar sungai telah dimanfaatkan oleh
adanya bendung-bendung konsolidasi, maka degradasi
dasar sungai yang diakibatkan oleh gerusan dapat
dicegah. Dengan demikian dapat dicegah pula
keruntuhan bangunan perkuatan lereng yang ada pada
bagian sungai tersebut. Selanjutnya bendung-bendung
konsolidasi dapat pula mengekang pergeseran alur
sungai dan dapat mencegah terjadinya gosong pasir.
Tempat kedudukan bendung konsolidasi ditentukan
berdasarkan tujuan pembuatannya dengan
persyaratan sebagai berikut:
– Untuk tujuan pencegahan degradasi dasar
sungai, bendung-bendung konsolidasi ditempatkan
pada ruas sungai yang dasarnya selalu menurun.
Jarak antara masing-masing bendung didasarkan
pertimbangan kemiringan sungai yang stabil.
– Apabila terdapat anak sungai, mesti
dipertimbangkan penempatan bendung-bendung
konsolidasi pada lokasi yang terletak di sebelah hilir
muara anak sungai tersebut.
– Untuk tujuan pencegahan gerusan pada
lapisan tanah pondasi suatu bangunan sungai,
bendung-bendung konsolidasi ditempatkan di sebelah
hilir bangunan tersebut.
– Untuk menghindarkan tergerus dan jebolnya
tanggul pada sungai-sungai arus deras serta
mencegah keruntuhan lereng dan tanah longsor,
bendung-bendung konsolidasi ditempatkan langsung
pada kaki-kaki tanggul, kaki lereng dan kaki tebing
bukit yang akan diamankan.
– Apabila pembangunan sederetan bendung-
bendung konsolidasi dikombinasikan dengan perkuatan
tebing, jarak antara masing-masing bendung yang
berdekatan supaya diarnbil 1,5 – 2,0 kali lebar
sungai
1. Kantong Lahar
Bahan-bahan endapan hasil letusan gunung berapi
atau hasil pelapukan batuan lapisan atas permukaan
tanah yang oleh pengaruh air hujan bergerak turun
dari lereng-lereng gunung berapi atau pegunungan
memasuki bagian hulu alur sungai arus deras. Oleh
aliran air sungai arus deras ini bahan-bahan endapan
ini bergerak turun baik secara massa maupun secara
fluvial dengan konsentrasi yang tinggi memasuki
bagian sungai di sebelah hilirnya.
Suplai sedimen yang berlebihan akan menimbulkan
penyempitan penampang sungai dan kapasitas
alirannya akan mengecil. Di waktu banjir, maka aliran
banjir yang melalui ruas-ruas yang sempit akan
meluap dan menyebabkan terjadinya banjir yang
merugikan.
Salah satu usaha yang dilaksanakan dalam rangka
mengurangi suplai sedimen ini adalah menampungnya
baik untuk selama mungkin atau untuk sementara
pada ruangan-ruangan yang dibangun khusus yang
disebut kantong lahar. Dalam rangka pengendalian
banjir lahar, kantong lahar ini merupakan salah satu
komponen sistem pengendalian banjir lahar. Di saat
terjadinya banjir lahar, bahan-bahan yang berukuran
besar diharapkan dapat tertahan pada deretan
bendung penahan, sedangkan kantong-kantong lahar
diharapkan dapat berfungsi menahan dan
menampung bahan-bahan berbutir lebih halus (pasir
dan kerikil), Dengan demikian suplai sedimen ke
bagian hilirnya akan dapat dikurangi, hingga pada
tingkat yang seimbang dengan kemampuan daya
angkut aliran sungai sampai muaranya.
Selanjutnya pada daerah gunung berapi yang masih
aktif, suplai sedimen akan berlangsung secara terus-
menerus tanpa berakhir. Dalam keadaan demikian
deretan bendung-bendung penahan dan bendung-
bendung pengatur tidak akan mampu menampung
suplai sedimen yang terus-menerus tanpa berakhir,
maka kantong-kantong lahar akan sangat berperanan
guna menahan masuknya sedimen yang berlebihan ke
dalam alur sungai, khususnya ke dalam alur sungai-
sungai di daerah kipas pengendapan. Guna
meningkatkan fungsi kantong-kantong lahar biasanya
diusahakan supaya kantong senantiasa dalam keadaan
kosong, yaitu menggali endapan yang sudah masuk ke
dalamnya. Hasil galiannya biasanya dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, yang
kualitasnya cukup baik , Pada gunung berapi yang
masih aktif dengan periode letusan yang panjang,
diperlukan adanya kantong yang cukup besar, jika
perlu dengan membebaskan tanah-tanah yang akan
digunakan sebagai kantong secara permanen. Pada
saat aliran lahar terhenti dan sambil menunggu
periode letusan selanjutnya, kantong dapat
dimanfaatkan untuk berbagai usaha pertanian.
Bangunan utama dimaksudkan sebagai
penyadap dari suatu sumber air untuk
dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang
dilayani. Berdasarkan sumber airnya,
bangunan utama dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa kategori
1. Bendung
2. Pengambilan bebas
3. Pengambilan dari waduk
4. Stasiun pompa
a. Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air
dengan kelengkapannya yang dibangun
melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung mencapai elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke tempat-tempat yang memerlukannya. Terdapat beberapa jenis bendung, diantaranya adalah (1) bendung tetap (weir), (2) bendung gerak (barrage) dan (3) bendung karet (inflamble weir). Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak, peredam energi,bangunan pengambilan, bangunan pembilas, kantong lumpur dan tanggul banjir.
b. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang
dibuat ditepi sungai menyadap air sungai
untuk dialirkan ke daerah irigasi yang
dilayani. Perbedaan dengan bendung adalah pada bangunan pengambilan bebas tidak dilakukan pengaturan tinggi muka air disungai. Untuk dapat mengalirkan air secara gravitasi, muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah irigasi yang dilayani.
c. Pengambilan dari waduk
Salah satu fungsi waduk adalah
menampung air pada saat terjadi kelebihan
air dan mengalirkannya pada saat
diperlukan. Dilihat dari kegunaannya,
waduk dapat bersifat eka guna dan multi
guna. Pada umumnya waduk dibangun
memiliki banyak kegunaan seperti untuk
irigasi, pembangkit listrik, peredam banjir,
pariwisata, dan perikanan. Apabila salah
satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka
pada bangunan outlet dilengkapi dengan
bangunan sadap untuk irigasi. Alokasi
pemberian air sebagai fungsi luas daerah
irigasi yang dilayani serta karakteristik
waduk.
d. Stasiun Pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa
menjadi pilihan apabila upaya-upaya
penyadapan air secara gravitasi tidak
memungkinkan untuk dilakukan, baik dari
segi teknis maupun ekonomis. Salah satu
karakteristik pengambilan irigasi dengan
pompa adalah investasi awal yang tidak
begitu besar namun biaya operasi dan
eksploitasi yang sangat besar.
1. Bangunan pengaturan sungai
Di dalam perencanaan sungai terdapat berbagai macam pekerjaan sipil yang dilaksanakan, antara lain pembangunan sistem pengamanan banjir, pembuatan
bangunan sadap untuk berbagai kebutuhan akan air,u saha-usaha pelestarian alam dan lingkungan hidup,ataupun perbaikan alur sungai untuk mendukung keamanan lalu lintas sungai. Pada umumnya perancangan bangunan sungai dilakukan untuk menunjang kegiatan perencanaan persungaian, yang dibagi menjadi :
1. perencanaan perbaikan dan pengaturan sungai,
2. perencanaan pemanfaatan air sungai,
3. perencanaan pengembangan wilayah,
4. perencanaan perbaikan dan pelestarian lingkungan sungai,
5. perencanaan lalu lintas sungai.
Yang dimaksud bangunan sungai adalah semuab angunan yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan sungai, dapat terletak pada alur sungai, tebing sungai,ataupun lembah sungai. Bangunan-bangunan sungai
tersebut antara lain :
1. bendungan,
2. bendung,
3. tanggul,
4. parapet,
5. pelindung tebing,dan pengendali dasar,
dan penahan sedimen,kantong pasir,pangkal dan pilar jembatan, serta
krib sungai.
Pengelolaan sungai hampir selalu melibatkan masalah pembangunan bangunan-bangunan sungai. Agar fungsi bangunan yang dibuat dapat sesuai dengan tujuan pengelolaan sungai maka bangunan tersebut harus dirancang sebaik mungkin, dengan memperhatikan aspek hidraulika. Perancangan bangunan sungai juga ditujukan agar bangunan yang dipilih (jenis maupun dimensinya) betul-betul merupakan bangunan yang tepat untuk
memenuhi sasaran kegunaannya, serta ekonomis.
Tujuan Pembuatan Bangunan Sungai
Suatu bangunan sungai dapat ditujukan untuk berfungsi
lebih dari satu macam, sebagai contoh, bangunan sungai berupa bendungan dapat ditujukan untuk berfungsi sebagai :
1. pengendali banjir,
2. pembangkit listrik tenaga air,
3. irigasi,
4. perikanan,
5.serta pariwisata.
2. Bangunan Pengendali Sedimen
Usaha untuk memperlambat proses sedimentasi adalah dengan mengadakan pekerjaan teknik sipil untuk mengendalikan gerakannya menuju bagian
sungai di sebelah hilir. Pekerjaan teknik sipil tersebut berupa pembangunan bendung penahan (check dam ),
kantong lahar, bendung pengatur ( sabo dam ),bendung konsolidasi serta pekerjaan normalisasi alur sungai dan pengendalian erosi di lereng-lereng pegunungan.
1. Bendung Penahan ( check dam )
Bendung-bendung penahan dibangun di sebelah hulu yang berfungsi memperlambat gerakan dan
berangsur-angsur mengurangi volume banjir lahar. Untuk menghadapi gaya-gaya yang terdapat pada banjir lahar maka diperlukan bendung penahan yang cukup kuat. Selain itu untuk menampung benturan batu-batu besar, maka mercu dan sayap bendung harus dibuat dari beton atau pasangan yang cukup tebal dan dianjurkan sama dengan diameter maksimum batu-batu yang diperkirakan akan melintasi. Sangat sering runtuhnya bendung penahan disebabkan adanya kelemahan pada sambungan konstruksinya, oleh sebab ini sambungan-sambungan harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
Walaupun terdapat sedikit perbedaan perilaku gerakan
sedimen, tetapi metode pembuatan desain untuk pengendaliannya hampir sama, kecuali perbedaan pada konstruksi sayap mercu serta ukuran pelimpah
dan bahan tubuh bendung. Untuk bendung pengendali
gerakan sedimen secara fluvial yang bahannya
berbutir halus, mercunya dapat dibuat lebih tipis.
Bahan untuk tubuh beton selain beton dan pasangan
batu dapat juga dari kayu, bronjong kawat, atau
tumpukan batu. Sedangkan untuk bendung penahan
gerakan massa biasanya digunakan beton dan
pasangan batu. Tipe bendung yang dipakai adalah tipe
gravitasi yang lebih rendah dari 15 m.
2. Bendung Pengatur (sabo dam )
Di samping dapat pula menahan sebagian gerakan
sedimen, fungsi utama bendung pengatur adalah
untuk mengatur jumlah sedimen yang bergerak secara
fluvial dalam kepekatan yang tinggi, sehingga jumlah
sedimen yang meluap ke hilir tidak berlebihan.
Dengan demikian besarnya sedimen yang masuk akan
seimbang dengan kemampuan daya angkut aliran air
sungainya, sehingga sedimentasi pada daerah kipas
pengendapan dapat dihindarkan.
Pada sungai-sungai yang diperkirakan tidak akan
terjadi banjir lahar, tetapi banyak menghanyutkan
sedimen dalam bentuk gerakan fluvial, maka bendung-
bendung pengatur dibangun berderet-deret di sebelah
hulu daerah kipas pengendapan. Untuk sungai-sungai
yang berpotensi banjir lahar, maka bendung-bendung
ini dibangun di antara lokasi sistem pengendalian
lahar dan daerah kipas pengendapan.
Jika tanah pondasi terdiri dari batuan yang lunak,
maka gerusan tersebut dapat dicegah dengan
pembuatan bendung anakan (sub dam). Kadang-
kadang sebuah bendung memerlukan beberapa buah
sub-dam, sehingga dapat dicapai kelandaian yang
stabil pada dasar alur sungai di hilirnya. Stabilitas
dasar alur sungai tersebut dapat diketahui dari ukuran
butiran sedimen, debit sungai dan daya angkut
sedimen, kemudian barulah jumlah sub-dam dapat
ditetapkan. Selanjutnya harus pula diketahui
kedalaman gerusan di saat terjadi banjir besar dan
menetapkan jumlah sub-dam yang diperlukan, agar
dapat dihindarkan terjadinya keruntuhan bendung-
bendung secara beruntun.
Penentuan tempat kedudukan bendung, biasanya
didasarkan pada tujuan pembangunannya
sebagaimana tertera di bawah ini:
– Untuk tujuan pencegahan terjadinya
sedimentasi yang mendadak dengan jurnlah yang
sangat besar yang dapat timbul akibat terjadinya
tanah longsor, sedimen luruh, banjir lahar dan lain-
lain maka tempat kedudukan bendung haruslah
diusahakan pada lokasi di sebelah hilir dari daerah
sumber sedimen yang labil tersebut, yaitu pada alur
sungai yang dalam, agar dasar sungai naik dengan
adanya bendung tersebut
– Untuk tujuan pencegahan terjadinya
penurunan dasar sungai, tempat kedudukan bendung
haruslah sebelah hilir dari diusahakan penempatannya
di ruas sungai tersebut. Apabila ruas sungai tersebut
cukup panjang, maka diperlukan beberapa buah
bendung yang dibangun secara berurutan membentuk
terap-terap sedemikian, sehingga pondasi bendung
yang lebih hulu dapat tertimbun oleh tumpukan
sedimen yang tertahan oleh bendung di hilirnya.
– Untuk tujuan memperoleh kapasitas tampung
yang besar, maka tempat kedudukan bendung supaya
diusahakan pada lokasi di sebelah hilir ruas sungai
yang lebar sehingga dapat terbentuk semacam
kantong. Kadang-kadang bendung ditempatkan pada
sungai utama di sebelah hilir muara anak-anak sungai
yang biasanya berupa sungai arus deras (torrent )
dapat berfungsi sebagai bendung untuk penahan
sedimen baik dari sungai utama maupun dari anak-
anak sungainya.
3. Bendung Konsolidasi
Peningkatan agradasi dasar sungai di daerah kipas
pengendapan dapat dikendalikan dan dengan
demikian alur sungai di daerah ini tidak mudah
berpindah-pindah. Guna lebih memantapkan serta
mencegah terjadinya degradasi alur sungai di daerah
kipas pengendapan ini, maka dibangun bendung-
bendung konsolidasi (consolidation dam). Jadi bendung
konsolidasi tidak berfungsi untuk menahan atau
menampung sedimen yang berlebihan.
Apabila elevasi dasar sungai telah dimanfaatkan oleh
adanya bendung-bendung konsolidasi, maka degradasi
dasar sungai yang diakibatkan oleh gerusan dapat
dicegah. Dengan demikian dapat dicegah pula
keruntuhan bangunan perkuatan lereng yang ada pada
bagian sungai tersebut. Selanjutnya bendung-bendung
konsolidasi dapat pula mengekang pergeseran alur
sungai dan dapat mencegah terjadinya gosong pasir.
Tempat kedudukan bendung konsolidasi ditentukan
berdasarkan tujuan pembuatannya dengan
persyaratan sebagai berikut:
– Untuk tujuan pencegahan degradasi dasar
sungai, bendung-bendung konsolidasi ditempatkan
pada ruas sungai yang dasarnya selalu menurun.
Jarak antara masing-masing bendung didasarkan
pertimbangan kemiringan sungai yang stabil.
– Apabila terdapat anak sungai, mesti
dipertimbangkan penempatan bendung-bendung
konsolidasi pada lokasi yang terletak di sebelah hilir
muara anak sungai tersebut.
– Untuk tujuan pencegahan gerusan pada
lapisan tanah pondasi suatu bangunan sungai,
bendung-bendung konsolidasi ditempatkan di sebelah
hilir bangunan tersebut.
– Untuk menghindarkan tergerus dan jebolnya
tanggul pada sungai-sungai arus deras serta
mencegah keruntuhan lereng dan tanah longsor,
bendung-bendung konsolidasi ditempatkan langsung
pada kaki-kaki tanggul, kaki lereng dan kaki tebing
bukit yang akan diamankan.
– Apabila pembangunan sederetan bendung-
bendung konsolidasi dikombinasikan dengan perkuatan
tebing, jarak antara masing-masing bendung yang
berdekatan supaya diarnbil 1,5 – 2,0 kali lebar
sungai
1. Kantong Lahar
Bahan-bahan endapan hasil letusan gunung berapi
atau hasil pelapukan batuan lapisan atas permukaan
tanah yang oleh pengaruh air hujan bergerak turun
dari lereng-lereng gunung berapi atau pegunungan
memasuki bagian hulu alur sungai arus deras. Oleh
aliran air sungai arus deras ini bahan-bahan endapan
ini bergerak turun baik secara massa maupun secara
fluvial dengan konsentrasi yang tinggi memasuki
bagian sungai di sebelah hilirnya.
Suplai sedimen yang berlebihan akan menimbulkan
penyempitan penampang sungai dan kapasitas
alirannya akan mengecil. Di waktu banjir, maka aliran
banjir yang melalui ruas-ruas yang sempit akan
meluap dan menyebabkan terjadinya banjir yang
merugikan.
Salah satu usaha yang dilaksanakan dalam rangka
mengurangi suplai sedimen ini adalah menampungnya
baik untuk selama mungkin atau untuk sementara
pada ruangan-ruangan yang dibangun khusus yang
disebut kantong lahar. Dalam rangka pengendalian
banjir lahar, kantong lahar ini merupakan salah satu
komponen sistem pengendalian banjir lahar. Di saat
terjadinya banjir lahar, bahan-bahan yang berukuran
besar diharapkan dapat tertahan pada deretan
bendung penahan, sedangkan kantong-kantong lahar
diharapkan dapat berfungsi menahan dan
menampung bahan-bahan berbutir lebih halus (pasir
dan kerikil), Dengan demikian suplai sedimen ke
bagian hilirnya akan dapat dikurangi, hingga pada
tingkat yang seimbang dengan kemampuan daya
angkut aliran sungai sampai muaranya.
Selanjutnya pada daerah gunung berapi yang masih
aktif, suplai sedimen akan berlangsung secara terus-
menerus tanpa berakhir. Dalam keadaan demikian
deretan bendung-bendung penahan dan bendung-
bendung pengatur tidak akan mampu menampung
suplai sedimen yang terus-menerus tanpa berakhir,
maka kantong-kantong lahar akan sangat berperanan
guna menahan masuknya sedimen yang berlebihan ke
dalam alur sungai, khususnya ke dalam alur sungai-
sungai di daerah kipas pengendapan. Guna
meningkatkan fungsi kantong-kantong lahar biasanya
diusahakan supaya kantong senantiasa dalam keadaan
kosong, yaitu menggali endapan yang sudah masuk ke
dalamnya. Hasil galiannya biasanya dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, yang
kualitasnya cukup baik , Pada gunung berapi yang
masih aktif dengan periode letusan yang panjang,
diperlukan adanya kantong yang cukup besar, jika
perlu dengan membebaskan tanah-tanah yang akan
digunakan sebagai kantong secara permanen. Pada
saat aliran lahar terhenti dan sambil menunggu
periode letusan selanjutnya, kantong dapat
dimanfaatkan untuk berbagai usaha pertanian.
Bangunan utama dimaksudkan sebagai
penyadap dari suatu sumber air untuk
dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang
dilayani. Berdasarkan sumber airnya,
bangunan utama dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa kategori
1. Bendung
2. Pengambilan bebas
3. Pengambilan dari waduk
4. Stasiun pompa
a. Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air
dengan kelengkapannya yang dibangun
melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung mencapai elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke tempat-tempat yang memerlukannya. Terdapat beberapa jenis bendung, diantaranya adalah (1) bendung tetap (weir), (2) bendung gerak (barrage) dan (3) bendung karet (inflamble weir). Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak, peredam energi,bangunan pengambilan, bangunan pembilas, kantong lumpur dan tanggul banjir.
b. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang
dibuat ditepi sungai menyadap air sungai
untuk dialirkan ke daerah irigasi yang
dilayani. Perbedaan dengan bendung adalah pada bangunan pengambilan bebas tidak dilakukan pengaturan tinggi muka air disungai. Untuk dapat mengalirkan air secara gravitasi, muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah irigasi yang dilayani.
c. Pengambilan dari waduk
Salah satu fungsi waduk adalah
menampung air pada saat terjadi kelebihan
air dan mengalirkannya pada saat
diperlukan. Dilihat dari kegunaannya,
waduk dapat bersifat eka guna dan multi
guna. Pada umumnya waduk dibangun
memiliki banyak kegunaan seperti untuk
irigasi, pembangkit listrik, peredam banjir,
pariwisata, dan perikanan. Apabila salah
satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka
pada bangunan outlet dilengkapi dengan
bangunan sadap untuk irigasi. Alokasi
pemberian air sebagai fungsi luas daerah
irigasi yang dilayani serta karakteristik
waduk.
d. Stasiun Pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa
menjadi pilihan apabila upaya-upaya
penyadapan air secara gravitasi tidak
memungkinkan untuk dilakukan, baik dari
segi teknis maupun ekonomis. Salah satu
karakteristik pengambilan irigasi dengan
pompa adalah investasi awal yang tidak
begitu besar namun biaya operasi dan
eksploitasi yang sangat besar.
Komentar
Posting Komentar